Gemuruh langit yang perlahan mencipta rintik hujan dengan sendu membawaku pada sebuah rindu, sajak rasa yang berbait indah dalam kenangan. Ah, kenangan itu begitu membekas laksana jiwa yang rindu akan pertemuan. Deraian air yang jatuh seakan mampu menggambarkan betapa sesaknya rindu ini, kepadanya. Seseorang yang kini penuh gurat tua di wajahnya, rambutnya bahkan tak lagi legam tapi yang aku yakini, senyumnya pasti masih saja teduh dan aku merindunya. Ayah, aku mengingat jelas bagaimana Aku perlahan mengangkat rok sekolahku dan beranjak naik ke motor tua mu, derasnya hujan seakan berlomba membasahiku . Aku pun dengan tergesa masuk ke dalam pelindung plastik sederhana yang kau buat dari sisa terpal. Sesederhana ini, setidaknya seragamku tetap kering. Ah, kau memang Ayah dengan sejuta ide, aku saja sering kehabisan kata. Ayah, aku tahu air hujan begitu perih menerpa wajah lembutmu, tapi sedikitpun kau tidak memelankan laju motormu demi bisa segera sampai di sekolah. Sedangkan ...