Gemuruh langit yang perlahan mencipta rintik hujan dengan sendu membawaku pada sebuah rindu, sajak rasa yang berbait indah dalam kenangan.
Ah, kenangan itu begitu membekas laksana jiwa yang rindu akan pertemuan. Deraian air yang jatuh seakan mampu menggambarkan betapa sesaknya rindu ini, kepadanya. Seseorang yang kini penuh gurat tua di wajahnya, rambutnya bahkan tak lagi legam tapi yang aku yakini, senyumnya pasti masih saja teduh dan aku merindunya.
Ayah, aku mengingat jelas bagaimana Aku perlahan mengangkat rok sekolahku dan beranjak naik ke motor tua mu, derasnya hujan seakan berlomba membasahiku . Aku pun dengan tergesa masuk ke dalam pelindung plastik sederhana yang kau buat dari sisa terpal. Sesederhana ini, setidaknya seragamku tetap kering. Ah, kau memang Ayah dengan sejuta ide, aku saja sering kehabisan kata.
Ayah, aku tahu air hujan begitu perih menerpa wajah lembutmu, tapi sedikitpun kau tidak memelankan laju motormu demi bisa segera sampai di sekolah. Sedangkan aku merunduk hangat dalam pelindung, aku bahkan tidak tahu sekolahku masih jauh atau tidak.
Ayah, dalam hangat dibalik tubuh gagahmu , aku berdo'a. "Ya Rahman, kasihilah Ayahku. Bahagiakanlah ia, perkenankanlah jannahMU untuknya, Aamiin".
Ayah, karenamu aku tiba tepat waktu disekolah, kau memang sejak lama bersahabat dengan hujan. Ku gapai tangan dinginmu yang memucat putih sembari mengucap salam takzim kepadamu. Aku menyesal bibir ini tak sempat mengucapkan terima kasih.
Ayah, mungkin dulu mata ini tidak mampu berkaca dan menyadari kebaikanmu, tapi sekarang ketahuilah ayah, air hangat mengalir perlahan di sudut mataku sesaat mengingat perjuanganmu. Sungguh, kau sangat berjasa. Aku angkuhkan kebanggaan akan mu kepada hujan, bahwa hujan tak mampu hentikan pengorbananmu untuk tak biarkan putri sulungnya kebasahan.
Ayah, aku merindumu, sederet kenangan tentangmu menggelayut mesra di pikiranku. Hujan telah berhasil menularkan sejuk kisah tentangmu yah.
Ayah, Aku merayu kepada sang pencipta hujan agar Ia menjaga dan melindungimu seperti kau melindungiku dari basah kala itu, rindu tentangmu ku suarakan lirihdalam hati. Ayah, aku ingin pulang ..
BIP
Karimun, 22 Juni 2020 *15.10 Wib
Semoga corona segera hilang dan kita semua bisa mudik dengan aman dan bertemu ortu tercinta..aamiin.. :)
ReplyDeleteAamiin ya Rabb.. semoga Allah segera pertemukan rindu yang berakar ini ❤️
ReplyDeleteAamiin ya Rabbal alamiin..jejakan pertama di blogvmba BIP ��
ReplyDeleteHuhuhuhu... Aku bacanya dengan mata berkaca-kaca. Ingat Bapak juga. Semoga pandemi segera berlalu dan kita bisa berkumpul lagi bersama orang-orang tercinta.
ReplyDeleteKeren mbak tulisannya 😊
Iyaa, rindu ayah mbak.. aku anak yang paling dekat dengan sosok ayah jdi berasa banget🥺🥺
DeleteSemoga rindu-rindu kita segera terobati ya mba.
ReplyDeleteSehat selalu untuk ayahnya mba dan kita semua.
Aku berasa baca ceritaku sendiri..hiks.
ReplyDelete🤗🤗🤗
DeleteAamiin, gelar ayah memang begitu mulia ya mba, kata hebat sudah pantas tersemat
ReplyDelete