Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillah, Masya Allah Tabarakallah rasanya sudah lama tidak menyambangi blog yang berisi perjalanan perkuliahan di Institut Ibu Profesional. Atas izin Allah saat ini saya memasuki perkuliahan baru di Kampus Ibu Pembaharu yakni jenjang Bunda Shalihah. Sebelumnya, ucapan terima kasih tak terhingga kepada Pak Suami yang telah memberikan ridhonya untuk saya bisa kembali belajar dan bertumbuh di IP.
Perjalanan selama enam bulan kedepan dimulai dengan langkah semangat dan sorot mata menantang (akan banyak polisi tidur, batu kerikil dan hujan badai pastinya) tapi yakin, diri ini pasti mampu.
Setelah menyimak highlight materi dari bu Dekan, saya bergegas ke perpustakaan kampus kemudian sembari selonjoran dan mengambil nafas dalam saya mulai membaca dan memahami materi pertama perkuliahan yaitu : Identifikasi Masalah.
Mengutip dari Wikipedia, Masalah didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan.
Kalau menurut saya masalah itu adalah suatu hal yang memerlukan solusi karena jika tidak akan menimbulkan dampak negatif tak hanya untuk diri sendiri melainkan orang sekitar.
Ahh.. lagi-lagi manusia di dunia ini pasti senantiasa bersinggungan dengan yang namanya masalah, dalam semua aspek kehidupan pasti ada saja masalahnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Balad ayat 4.
Artinya: "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Kepayahan disini tentu Allah sudah "takar" sesuai batas kesanggupan hambaNYA. Nah, sebagai hambaNYA yang memiliki masalah yang seabrek yang setiap kita masing-masing berbeda, materi perkuliahan ini membuat saya menulis sederet masalah yang saya hadapi (eh, bukan sederet ding, berderet-deret wkwkw.. yaaahh.. berderet panjang bagai antrian ice cream viral).
Kalau kata Bu Septi, masalah itu justru membuatnya berbinar dan merasa tertantang. Wah, Masya Allah pikir saya, Oh, jangan-jangan menuliskan deretan masalah yang banyak ini adalah wujud diri saya yang tertantang ya walaupun belum berbinar hehe.. but it's okeey, permulaan yang baik ini.
Everymother a changemaker : Setiap Ibu adalah agen perubahan, Ahh.. slogan ini begitu membekas setelah menyimak video dari Bu Septi. Apakah aku akan menjadi the next changemaker?
Ibu Pembaharu adalah ibu yang konsisten melakukan :
- Cognitive emphaty yakni aktif mendengarkan dan
memperhatikan masalah sosial meskipun kecil
- Teamwork : berkolaborasi dengan komunitas dan tim
untuk mengerjakan solusi yang berarti sampai menjadi sebuah ekosistem
- New Leadership : Mengembangkan ketahanan dan
kepemimpinan dalam Upaya memecahkan masalah sosial sejak usia muda
- Creative Problem Solving : Pemikiran kritis
untuk menghasilkan solusi inovatif guna menyelesaikan masalah.
Saatnya untuk melakukan cognitive emphaty mendengarkan keluh kesah diri sendiri, bertanya pada diri tentang masalah apa yang saat ini tengah dihadapi, masalah sekecil apapun.
Apa Masalah Saya ?
Ya, saat menuliskan rentetan masalah dalam diri saya terbersit rasa betapa kecilnya diri ini, menjadi pengingat juga bahwa diri ini banyak lalainya, astaghfirullah. Wait, pembaca budiman mungkin ada yang memiliki masalah yang sama dengan saya ? Yuk, sama-sama kita bahas.
- Manajemen Emosi
- Hormonal Imbalance
- Perfeksionis
- Kelelahan fisik
- Distraksi
- Overthinking
- Mageran
Rangkuman
Sembilan bulan pasca melahirkan anak ketiga, saya yang sejak awal tidak merencanakan kehamilan ketiga dalam waktu dekat, namun qadarullah Allah titipkan kembali buah hati di rahim saya, membuat saya harus berdamai dengan ketidaksiapan diri. Dalam hal ini suami sangat kooperatif, bekerja sama dalam urusan domestik bahkan sangat membantu sekali, namun nyatanya realita tak seindah dan semudah itu.
Satu tahun berlalu sejak mempelajari anger management, saya merasa diri ini masih perlu berlatih sekuat tenaga agar praktek sejalan dengan teori. Lagi-lagi ini tentang internal diri saya, masalah saya.
Terkadang, karena kelelahan fisik (kurangnya olahraga dan istirahat) dan ketidakseimbangan hormon (menyusui) seringkali memantik emosi negatif kemudian berdampak pada anak-anak. Perasaan tidak bahagia karena hanya berkutat di ranah domestik pun seringkali membuat saya overthinking yang berujung pada sifat malas (mageran).
Kesimpulan yang bisa saya tarik adalah saya belum merasa ikhlas dalam menjalani peran, belum mampu berdamai dengan 'masalah' sehari-hari sehingga menjadi beban pikiran dan emosi negatif yang gawatnya bisa berdampak buruk untuk anak-anak dan suami saya.
Bagaimana saya tahu kalau ini masalah bagi saya ?
Karena saya merasa :
- Menjadi tidak produktif baik dari segi domestik , religi dan pengasuhan.
- Tubuh dan Pikiran rentan lelah dan stress
- Kurangnya rasa syukur dan sering mengeluh
- Ada perasaan sedih dan kecewa terhadap kekurangan diri
- Manajemen emosi yang belum stabil
- Merasa diri belum maksimal menjalani peran sbg istri dan ibu.
Saat mengerjakan jurnal ini saya mengajak suami untuk berdiskusi tentang bagaimana saya dan masalah saya, jawabnya adalah saya harus lebih belajar untuk praktik mengelola emosi meskipun dalam kondisi terjepit sekalipun. Misal, saat tengah capek membersamai anak-anak ternyata ekspektasi tidak sesuai harapan maka kemampuan meredam emosi negatif ini yang perlu dilatih. Bukan akhirnya 'ditunggangi' oleh emosi itu sendiri.
Memiliki sifat perfeksionis tak selamanya baik, saya menyadari penuh bahwa tidak semua hal akan selalu sesuai skenarionya, namun berdamainya ini, menerimanya ini yang rasanya terlambat dibanding emosi negatif yang mengalir.
Bagaimana saya tahu kalau masalah saya sudah selesai?
Masalah saya selesai jika saya :
- Bahagia dan Ikhlas menjalani peran sebagai istri dan ibu
- Mampu menciptakan kebahagian dan keceriaan di rumah
- Menjadi lebih produktif untuk urusan domestik, pengasuhan, eksternal (Komunitas, pengajian dan lingkungan sekitar)
- Mampu mengendalikan emosi dengan baik dan bisa menularkan atmosfer hangat untuk keluarga
- Saat tubuh sehat dan istirahat cukup dengan pola hidup yang baik
Saya sehat, bergerak aktif sehingga tidak sering merasa kelelahan dengan begitu saya akan lebih ceria dan bahagia dan menjalankan peran sebagai istri dan ibu.
Saya piawai mengelola emosi, tidak gampang mood swing agar saya bisa menularkan bahagia untuk suami dan anak-anak saya. Tidak lagi merasa terbebani dan stress berlebihan.
Problem Statement
Jadi, inti masalah saya ini adalah diri saya sendiri (internal) tidak ada faktor eksternal, kalaupun ada, bukan ranah saya untuk bisa mengontrol atau diluar kendali saya. Saya bertanggung jawab terhadap masalah yang saya rasakan.
Sebenarnya masalah saya ini masing-masing saling berkaitan.
Sifat perfeksionis, mudah terdistraksi, overthinking dan kelelahan fisik ditambah kemampuan mengelola emosi yang belum baik memaksa saya untuk terus sedih dan kecewa, tidak produktif dan berdampak tidak baik dalam keluarga saya.
Harapannya saya mampu mencari solusi-solusi atas masalah saya yang kelihatannya saling bergandengan tangan menantang saya untuk diselesaikan.
Akar Masalah
Dari analisa saya dengan mengidentifikasikan masalah diatas didapati beberapa masalah besar dan akar masalah yaitu :
1. Kemampuan mengelola emosi yang kurang baik
2. Kelelahan fisik karena pola hidup yang kurang sehat
Wah, Masya Allah saya jadi mampu menarik kesimpulan bahwa jika saya melatih lebih baik manajemen emosi saya kemudian saya siapkan waktu terbaik untuk berolahraga dan beristirahat cukup maka Insya Allah masalah-masalah diatas akan ada solusinya.
Yes apa ini yang Bu Septi katakan beliau berbinar setelah menuliskan banyak masalah dan solusi yang lebih banyak lagi dari pada masalah ?
Wahai Diri, bisa kok kamu.. tenaang, ngebreakdown masalahmu yang seabrek aja kamu bisa, pasti akan ada banyak solusi yang nanti muncul . Semoga Allah selalu membersamai dan memudahkanmu wahai diri untuk berubah menjadi lebih baik.
Ingat selalu bahwa dalam kesulitan selalu ada kemudahan, berarti setiap masalah selalu ada solusi. Semangaaatt !!
“Jangan pernah menyerah karena masalah, teruslah melangkah,
sehingga masalah tersebut akan kewalahan mengikuti jejak Langkah solusi kita”. Septi Wulandani.
Daftar Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Masalah
Alqur'an
Comments
Post a Comment