Dear Allah,
Air mata ini tak
mampu ku bendung saat aku mendengar ayah berkata “Kak Awik, pulang sekarang
kak, mbah udah ga ada”. Rabb, Hatiku saat itu sungguh bergemuruh. Aku hanya
bisa menjawab, “Iya yah.”
Aku pun segera
menyeka air mata yang mengalir deras dipipiku.
Aku ingat bagaimana
tangan ini memijat tubuh lelah nenek kala itu.
Aku Ingat bagaimana
dengan lembut ia mengelus kepalaku..
Aku Ingat bagaimana
ia menolongku saat aku butuh dulu.
Bagaimana tawa
yang begitu khas terpatri di senyumnya meski rona wajahnya sudah menua bersama
waktu
Aku terdiam
seketika sambil membayangkan ia,
Dulu, waktu
lebaran yang aku ingat ia membagi-bagikan uang, tak banyak memang
Tapi itu yang
selalu aku harapkan dari dia dulu, saat aku masih begitu muda.
Dulu, setiap kerumahnya
hanya sekedar mengantarkan sarapan
Ia pasti selalu
menyelipkan uang untukku, aku tak ingin menerimanya
Tapi aku lebih tak
ingin mengecewakannya.
Neneek..
Saat aku sadar,
air mata ini begitu mendera, mataku memerah sendu
Aku bergegas ijin
dan pulang dari kantor, satu hal yang kuingat sesaat diperjalanan
Adalah bagaiamana
aku ,. Ya aku begitu sangat merasa kehilangannya. Bagaiamana aku dengar lirih
suara ayahku diseberang telepon tadi. Ya Allah Sunggu ku relakan nenek kembali
kepada-MU
Sepanjang jalan
yang ku kenang hanya sosoknya, rambut putihnya, kulit rentanya. Kini kau
panggil dia di SinggasanaMU. Ya Khaliq.. hanya do’a yang ku jejerkan sesaat ku
ingat sosoknya.
Saat Aku tiba
dirumah duka, ku lihat begitu ramai saudara dan tetangga
Aku tak sempat
menatap mereka , pandanganku hanya tertuju pada pintu dimana banyak orang duduk
membacakan yasin, dan aku masuk. Sesaat ku lihat nenek terbaring ditengahnya.
Rabb, tolong Peluk
aku, tolong dekap aku, aku mohon kau kuatkan aku..
Aku tak ingin
nangis, aku cukup menangisi ia sepanjang jalan pulang, aku harus kuat.
Aku membuka kain
yang menutupi wajahnya, lekat-lekat2 kulihat setiap gurat tua di wajahnya,
Tahan Air mataku
Rabb, ku mohon.. aku mencium kening nenek dalam hampa diriku,
Saat ia hidup
dulu. Aku bahkan jarang mengecup keningnya..
Ku bacakan sabda
tuhan sesaat sebelum aku menutup kembali kain kewajahnya,
Tetap indah
seperti saat ia hidup, terlihat tidak menahan sakit saat ia menutup mata.
Karena yang ku
tahu nenek memang sakit tua, tetapi beberapa hari ini aku tidak mendengar kabar
tentang sakitnya. Namun kabar terakhir justru buatku lemah mematung dipinggir
pintu kala itu.
Aku melihat
mamaku, ia pasti kehilangan sosok mertua seperti nenek, mata mama membengkak,
kulihat disebelahnya saudara-saudaraku semua.
Ayah, Aku tidak
melihat ayah, tak pula kulihat dia diluar..
Aku mengambil
yasin saat itu, dan ku kadokan untuk nenek,
Ya Rabb Aku membacanya dalam lirih sendu suaraku. Aku tak ingin biarkan
air mataku jatuh saat setiap ayat Yasin ku senandungkan untuknya perlahan,
namun aku tak sanggup saat aku sembari menatap jasadnya.
Ya Allah, tangisku
tak sesenggukan, tak boleh seperti itu setauku.. Aku menahannya dalam tetes air
mataku.
Ya Allah, terima
nenekku , kau tentu menyayanginya karena sakaratul mautnya begitu mudah, dalam
tenang ia menghembuskan nafas terakhirnya. Sampai habis ku bacakan ayat yasin
untuknya. Aku kembali diam menatapanya. Aku kembali kuat karena ku yakin tangis
tak akan buatnya kembali mengelus rambutku.
Ayah, aku
melihatnya.. ia baru datang ntah dari mana, aku yang begitu hapal dan tau
bagaimana ayah begitu mengasihi nenek sepenuh hatinya, aku begitu hapal
bagaimana ayah setiap pagi menemui nenek.
Ayah masih
merangkai senyum kepada handai taulan yang hadir di rumah duka saat itu, ayah
yang menggunakan pakaian sekenanya.
Dan Ya Allah aku
tak percaya akan kebetulan, karena aku yakin bahkan daun kering yang jatuh ke
bumi adalah atas kehendakmu, yang ku ketahui sesaat itu adalah pada hari dimana
nenekku kau angkat ke hadiratMU adalah, aku-adikku-mamaku-ayahku semua
mengenakan baju hitam, seakan sadar dan aku tak mengerti maksudnya. Ya Allah
yang aku ketahui adalah kau jemput nenekku dihari itu.,.
Dan Ayah masih
dengan pakaian sekenanya datang, kemudian tidak memasuki rumah duka, hanya
menunggu diluar, yang ku lihat meski ia bercerita dengan saudara yang lain,
sedih dan sendunya tak bisa ia tutupi. Ya Allah, Kuatkan ayahku..
Nenek segera
dimandikan kemudian dikafani, Ya Allah, aku tak kuasa menahan tangis saat
ayahku mengusap kepala nenek dan biarkan airmatanya mendera pipi yang mulai
menghitam itu. Ya Allah kuatkan Ayahku… ia terus memandikan nenek, aku beranjak
dan tak lagi melihatnya, aku tak mampu Rabb.. Tak Mampu melihat ayah
tersayangku menangis dan rapuh. Sabarkan Ia Ya Allah..
Aku turut
Mengkafani nenek, nenek sudah mandi dan sudah wangi, nenek juga sudah cantik. Aku
memakaikan bedak tipis diwajah hebatnya. Ya Allah aku sungguh memohon kubur
terindah untuk nenek tersayangku.
Saat aku turut
mengantarkan nenek shalat dan berangkat ke kuburan, aku tak menangis lagi saat
itu, aku hanya merasakan kepala ini begitu berat. Sampai aku tiba dikuburan
nenek, disudut ujung itu, aku lupa blok apa. Tapi aku begitu ingat letaknya.
Tangisku mendera
meski tak mengisak, sayup ku dengar ayah mengumandangkan adzan dan iqomat buat
nenek, suaranya lirih begitu tertatih, aku tau kamu kuat yah. Ia menyiapkan
iqomah penuh damai. Ya Allah sertakan setiap ketulusan dan amal kebaikan untuk
nenek ya Rabb..
Aku menaburkan
Bunga sambil mentasbihkan asmamu ya allah, dan memohon semoga nenek tenang dan
dijauhkan dari siksa kubur . Amin,
Ya Allah,
Nenek tercintaku
kau jemput dalam tidurnya,
Sungguh aku cucu
wanita tertua darinya mengikhlaskan nenekku KepadaMU sang Khaliq
Sungguh aku hanya
mampu menyeka air mata dalam rapuh hatiku,
Aku hanya mampu
melihat tangis dalam Ayahku, aku bisa merasakan bagaimana ia sungguh kehilangan
Ibu kandung yang
telah menemaninya sampai kini.
Dear Rabb,
Terima Nenekku dan
terima amal perbuatanya Ya Rabb, maafkan segala dosa yang ia lakukan, Amin Ya
Rabb..
Aku Sayang Nenek..
07-06-2014 /
10.00am
Comments
Post a Comment