Skip to main content

Kecupan hangat untuk kenangan istanaku dulu..



Dinding putih berhiaskan kayu yang bertahta meski tak kokoh
Langit langit sarang laba-laba yang teruntai
Seakan turut berbahagia merajut hari
Berjelaga hingga kemudian rapuh dan tak berbekas oleh waktu

Bias angin mengalun masuk ke sudut ruangan itu
Penuh makna ketika tirai melambaikan mungil tubuhnya
Memaksa yang lain turut bergerak halus perlahan
Hingga angin memanjakan setiap yang ia temui

Aku turut bertemankan laba laba dan buaian angin saat itu
Disudut indah yang aku pun lupa sudah seperti apa sekarang
Di tepian damai yang dengannya aku tumbuh menjadi gadis kecil
Ia tak pernah biarkan aku merasakan basah air hujan, meski kadang tetesan air memaksa masuk.

Didalamnya aku merasa hangat meski terkadang menggigil saat bumi bermandikan hujan
Didalamnya aku merasa aman meski suara malam buatku bergidik
Dan yang paling ku ingat dulu, tidurku selalu saja nyenyak meski tak berselimut dan beralaskan kasur yang hampir sejajar dengan bumi.
Terlebih saatku terjaga selalu saja ada pantulan cahaya seperti titik dari langit-langit kamar

Masih lekat dipikiranku bagaimana aku berlari menampung air yang buat istanaku basah
Bagaimana aku menyapu halaman dengan daun kering yang gemar bermain dengan tanah
Bagaimana aku menghidupkan cahaya lampu untuk sekedar menerangi malam yg gulita
Dan aku yang selalu berharap malam cepat berakhir karena aku takut gelap, takut bisingnya jangkrik yang menjadi tetanggaku..

Kini, meski istanaku terasa begitu kokoh dibanding dulu, meski tak lagi ada tetes air langit Yang membasahi
Meski tak perlu kuhidupkan cahaya lilin, namun aku merasa begitu damai dan bersahabat dalam kesederhanaan Kala itu
Meraih setiap asa dan gempita dalam hidup
Istanaku dulu hanya ada aku, ayah dan mama, kini syukurku telah kau lengkapi keluargaku dengan sempurna. Dan Sang Maha mengetahui setiap tempat yang terbaik untuk menjalani hari demi Sujud kepadaNYA.

Comments

Popular posts from this blog

With Nona Papua (Kak Vio Fatubun) :*

Puisi Harapan

Seberkas Cahaya Oleh : Bayu Indah Pratiwi Arakan mega tergerai dibatas senja Menyiratkan warna emas nan manja Dalam sujud penuh iba ku menghamba Agar kasih ini berlabuh kepadanya Ku untai aksara mesra tentangnya Mengalun merdu penuh bahagia Aku hanya mampu mengadu pada pemilik cinta Berharap Khalik satukan kita Tirai asa dan cita ku patrikan Mengurai mimpi menjadi nyata Menyulap sepi menjadi riuh tawa Membingkai harapan penuh do'a Agustus 2015 akad terucap dalam khidmat Linangan haru mengalir sesaat Dalam renda cinta yang teramat Dalam bulir kasih yang tersemat Kisah ini anugerah untukku Menyisakan bahagia yang tak lekang oleh waktu Berjelaga dalam hidup yang berliku Menggapai harap di barisan sajakku Kini, izinkan aku menemani hari mu Mengubah gulana menjadi Renjana Memintal intensi hingga tutup usia Merajut harap bercita jannah Wahai Rabb, izinkan aku mencinta Mendamba hasrat halal nan sakinah Beriringan menapaki denyut kehidupan Bersa...

Jurnal 1 Bunda Shalihah "IDENTIFIKASI MASALAH"

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bismillah, Masya Allah Tabarakallah rasanya sudah lama tidak menyambangi blog yang berisi perjalanan perkuliahan di Institut Ibu Profesional. Atas izin Allah saat ini saya memasuki perkuliahan baru di Kampus Ibu Pembaharu yakni jenjang Bunda Shalihah. Sebelumnya, ucapan terima kasih tak terhingga kepada Pak Suami yang telah memberikan ridhonya untuk saya bisa kembali belajar dan bertumbuh di IP. Perjalanan selama enam bulan kedepan dimulai dengan langkah semangat dan sorot mata menantang (akan banyak polisi tidur, batu kerikil dan hujan badai pastinya) tapi yakin, diri ini pasti mampu.  Setelah menyimak highlight materi dari bu Dekan, saya bergegas ke perpustakaan kampus kemudian sembari selonjoran dan mengambil nafas dalam saya mulai membaca dan memahami materi pertama perkuliahan yaitu : Identifikasi Masalah.  Mengutip dari Wikipedia,  Masalah    didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum ses...