Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, Allah berkenan memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti kelas pendampingan yang berjudul "Nyalakan Cahaya Dari Qalbu". Oh iya, teman2 masih ingatkah waktu acara KIP berlangsung saya blusukan ke MarketKIP ? lalu menemukan kelas pendampingan dengan harga yang sedang diskon?
Nah, ini yang saya maksud hehe.. Kelas Pendampingan yang dibuat oleh Tim dari Lentera Ibu. Kenapa memilih bergabung di kelas ini ? Qadarullah, Allah begitu baik mengatur semuanya dengan timing yang tepat, selesai mengadakan Kelas Pendampingan CH GAMA saya melanjutkan mengikuti kelas ini, menjadi bentuk ikhtiar saya untuk bisa me-reinstall karakter diri agar semakin baik dan mumpuni dalam mengelola emosi. Terus belajar dan memperbaiki diri demi mewujudkan kebahagian diri yang kemudian akan ditularkan ke seisi rumah dan lingkungan sekitar.
Sudah dua pekan berlangsung, setiap pekannya akan ada materi yang sangat 'daging', meski jujur mengikuti kelas ini sedikit keteteran karena bersamaan dengan jadwal renovasi rumah namun materi ga pernah skip, selalu mencari waktu terbaik untuk fokus mendengarkan materi meski sedikit telat hehe..
Materi 1
Cahaya Dalam Kegelapan oleh Teh Michelle
Membahas tentang teori dasar emosi, Indikator emosi negatif, mengapa reaksi emosi berlebihan dan proses menyadari, menerima dan memaafkan.
Materi 2
Terapi Melepas Belenggu Diri
Meski tidak menyimak secara live materi yang disampaikan teh Michelle karena belum kondusif, saya pun bersemangat menyimak di waktu lain tentunya mempersiapkan segalanya agar kondusif dan terapi ini bisa lebih maksimal.
Teh Michelle, sebelumnya I Just wanna say that I adore your voice, So soothing. Rasanya menghipnotis, ini sudah kali kedua saya di terapi virtual oleh teh michelle.
Saya fokus mendengarkan pemaparan materi dari beliau, sambil kadang mengangguk tanda mengerti dan setuju terhadap apa yang beliau sampaikan, terlebih saat ada pertanyaan terkait komunikasi dengan orang tua dan mertua yang menjadi trigger emosi penanya bahkan pernah sampai di titik terendah. Jawabannya begitu adem dan menenangkan.
"Fokus pada apa yang kita sampaikan bukan fokus pada respon orang tua/mertua sehingga kebaikan bisa diterima oleh mereka tanpa menggurui tentunya dengan bahasa kasih yang lembut. Dan yang perlu kita lakukan adalah menerima dan jangan menyalahkan (penolakan), kita yakini bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah atas izin Allah, ketentuan Allah maka kita hanya harus ridho terhadap takdirNYA"
Ya Allah, seketika saya tertegun sembari merinding, begitu banyak PR yang harus saya latih terkait rasa 'ikhlas'. Mampu meyakini ada ketentuan Allah yang wajib saya imani. Bahwa Allah menghadirkan rasa marah, kecewa, sedih tentu beserta hikmah, tentu beserta pembelajaran. Masya Allah..
Saya lalu mengambil posisi nyaman untuk melakukan terapi, mendengarkan dengan fokus apa yang disampaikan teh michelle sambil terus deep breathing dan istighfar. Saat deep breathing ini saya merasa begitu lelah, membawa beban besar untuk kemudian perlahan mengalir bersamaan dengan helaan nafas hingga kemudian perlahan rileks dan tenang.
Ketika proses menghadirkan sosok, saya pun membayangkan seseorang yang begitu saya cintai, cinta yang terus saya pupuk setiap harinya agar segala rasa sedih dan kecewa yang mungkin dulu pernah saya rasakan perlahan bisa saya terima dan maafkan sosoknya, Saya kemudian menyampaikan rasa kecewa dan sedih saya kepadanya, segala perasaan saya luapkan sambil terus tapping tulang leher bawah.
Kemudian teh Michelle mengarahkan untuk mengumpulkan semua rasa kecewa dan marah di dada kiri dan diambil lalu dibuang berkali kali sampai rasa kecewanya berkurang, marahnya berkurang, sambil terus saya istighfar memohon pada Allah agar rasa kecewa ini Allah angkat, Allah ambil.
Air mata tak terbendung saat sesi syukur kepada diri, Ya Allah selama ini saya jarang menyapa dan mengelus diri ini, saya tak peduli bagaimana strugglenya diri saya menjalani peran sebagai Ibu, Istri dan Menantu. Saya terus saja menuntut dan mengharapkan diri saya sempurna, sampai lupa diri ini butuh didengarkan, diri ini butuh dimaknai berharga. Saya terus mengusap lengan sambil memejamkan mata.
'Wahai Diri, kamu pasti lelah dan capek ya, sini peluk.. Kamu sudah sangat hebat dan berharga, kamu sudah melakukan yang terbaik wahai diri. Kamu hari ini sangat jauh lebih baik dari kamu setahun lalu, lihat sekelilingmu ada anak dan suami yang begitu mencintaimu yang tak ingin biarkan kamu sedih, kamu berhak bahagia, kamu wajib bahagia !"
Sambil terus mengatur nafas, saya tersenyum. Segala rasa sedih, kesal, kecewa masa lalu yang pernah saya alami sejatinya merupakan proses belajar yang Allah hadirkan untuk saya, agar saya bisa lebih baik menjadi hambaNYA, mampu memaknai setiap tantangan dengan diri yang siap bahwa "It's Okey, ada Allah". Ampunku Rabb, jika selama ini saya mungkin jarang melibatkanMu.
Alhamdulillah, perasaan setelah mengikuti terapi jauh lebih tenang, sedikit pusing tapi memang ini efek terapi, Masya Allah, terus bersamai hamba.
Terimakasih tim Lentera Ibu,
Semoga semakin banyak para Ibu yang terbantu untuk bisa mengobati setiap luka masa lalu dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik demi kebahagiaan para Ibu dan generasi penerus nanti Aamiin.
Comments
Post a Comment