Skip to main content

Hari Ke 8 GAME LEVEL 11 "Merawat Fitrah Seksualitas Anak"

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah hari ini telah berlangsung diskusi dari kelompok 10 tentang "Peran Lingkungan dan perlindungan dari Kejahatan Seksualitas"


Peran Lingkungan sangat penting sebagai upaya dalam mencegah terjadinya kejahatan seksual, masing masing orang disuatu wilayah mempunya tanggung jawab yang sama untuk berperan aktif dalam mencegah kejahatan ini. 


Berikut ini adalah link materi dari kelompok 10. 

https://drive.google.com/file/d/10VohDPDkBJyLJZUZy7a_7Pf7Hqw_yKM1/view?usp=drivesdk

A. Peran Lingkungan terhadap Kejahatan Seksual

Anak adalah amanah dan karunia dari Allah SWT yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan.

Kejahatan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterpedayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat, meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan pemerkosaan.

Dikatakan kejahatan atau kekerasan Seksual pada Anak (childsexual abuse), jika terjadi aktivitas atau kontak seksual yang melibatkan anak/remaja dengan orang dewasa atau dengan anak/remaja lain yang tubuhnya lebih besar, lebih kuat, atau yang kemampuan berpikirnya lebih baik, atau yang anak/remaja lain yang usianya lebih tua (> 3 tahun).

Kejahatan seksual terhadap anak dapat terjadi dalam dua kategori. Pertama, Familial Abuse yaitu Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang yang masih memiliki hubungan darah, atau bagian dari keluarga inti seperti orang tua pengganti. Kedua, Extrafamilial Abuse yaitu yang melakukan kekerasan seksual oleh orang diluar lingkungan keluarga.

B. Bentuk-bentuk Kejahatan Seksual pada Anak
1). Meminta atau memaksa seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual
2). Memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin untuk anak
3). Menampilkan pornografi untuk anak
4). Melakukan hubungan seksual terhadap anak-anak
5). Kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti pemeriksaan medis)
6). Melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan medis)
7). Menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.

Dampak yang Dirasakan Korban Kekerasan dan Pelecehan Seksual

Menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual akan memberikan banyak dampak negatif yang dirasakan pada diri korban. Beberapa dampak yang paling sering dijumpai adalah:
1. Dampak Psikologis
Dari hasil studi sebanyak 79% korban kekerasan dan pelecehan seksual akan mengalami trauma yang mendalam, selain itu stres yang dialami korban dapat mengganggu fungsi dan perkembangan otaknya.
2. Dampak Fisik
Kekerasan dan Pelecehan seksual pada anak merupakan faktor utama penularan Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Dampak Cidera Tubuh
Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat menyebabkan luka internal dan pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ internal dapat terjadi. Dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Hal ini dipengaruhi oleh umur korban dan tingkat kekuatan pelaku saat melakukan kejahatannya.
4. Dampak Sosial
Korban kekerasan dan pelecehan seksual sering dikucilkan dalam kehidupan sosial, hal yang seharusnya kita hindari karena korban pastinya butuh motivasi dan dukungan moral untuk bangkit lagi menjalani kehidupannya.

Pendidikan Seks Untuk Anak

Pendidikan seksual untuk anak dibagi dalam empat level yakni untuk anak 5-8 tahun, 9-12 tahun, 12-15 tahun dan 15-18 tahun ke atas.

➡️ Level I untuk anak usia 5-8 tahun
1. Mulai dengan hal dasar
Jelaskan pada anak fungsi dan peran keluarga serta masing-masing anggotanya. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua yang bertanggungjawab terhadap anak-anak. Setiap anggota keluarga harus saling menjaga satu sama lain. Komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan membangun hubungan yang sehat dalam keluarga. Anak bisa berbagi cerita apa saja dengan anggota keluarga, cerita sedih dan senang. Jika anak ingin bertanya, bisa ditanyakan pada ibu, ayah, abang atau kakak.

2. Ajarkan anak untuk berteman dengan siapapun
Pertemanan berlandaskan pada rasa percaya, peduli, empati dan solidaritas. Teman bisa ditemukan di mana saja, seperti di lingkungan rumah, di sekolah, dan di tempat ibadah.

3. Cara mengekspresikan cinta dan kasih
Banyak cara mengekspresikan cinta. Cinta kepada anggota keluarga dan teman ditunjukkan dengan kata-kata dan perbuatan. Ajarkan anak untuk mengatakan salam dan berterimakasih. Ungkapan “Aku sayang ibu,” atau ” Aku sayang ayah,” menunjukkan rasa cinta. Cinta pada saudara atau teman dapat dilakukan dengan saling berbagi dan saling menjaga.

4. Kenalkan anak dengan perbedaan
Setiap orang terlahir unik dan layak untuk dihargai. Perbedaan bisa terjadi karena bentuk fisik, kepercayaan, dan keadaan keluarga. Perbedaan, tak jadi halangan untuk berteman. Kondisi kesehatan seseorang juga tak bisa jadi alasan untuk tidak berteman. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk hidup dengan baik.

5. Kenalkan anak dengan arti pernikahan
Setiap orang bisa memilih pasangan untuk menikah atau dijodohkan. Ceritakan bagaimana orang tuanya bisa menikah. Ini akan membangun pemahaman dasar bahwa anak lahir setelah ada hubungan pernikahan antara ibu dan ayah. Terangkan pada anak bahwa pernikahan bisa berakhir dengan perceraian, dan perceraian akan mempengaruhi keluarga. Informasikan juga bahwa pernikahan yang dipaksakan dan pernikahan yang melibatkan anak-anak itu ilegal.

➡️ Level II, anak usia 9-12 tahun
1. Peran dan tanggungjawab anggota keluarga
Di usia ini anak tak hanya tahu peran, namun juga tanggungjawab sebagai anggota keluarga, misalnya kakak dan adik bertanggungjawab saling menjaga selama bermain. Jika ada hal yang membahayakan, kakak atau adik harus segera memberitahu ayah atau ibu.

2. Libatkan anak dalam mengambil keputusan
Komunikasi antar anggota keluarga penting dalam mengambil keputusan. Karena dalam level ini anak sudah dikenalkan dengan tanggungjawab, tak ada salahnya meminta pendapat mereka dalam musyawarah keluarga.
Misalnya saat orangtua berencana memisahkan kamar anak-anak. “Apakah kamar kakak dan abang sudah saatnya dipisahkan? Bagaimana menurut kalian?” Anak akan merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk mengungkapkan isi pikiran mereka.

3. Pertemanan yang sehat
Hubungan pertemanan bisa jadi sehat dan tidak sehat. Jika terjadi kekerasan seperti memukul, mencaci atau membully, artinya hubungan pertemanan tidak sehat. Melecehkan, mengucilkan dan memukul itu melukai hati seseorang. “Setiap orang bertanggung jawab membela orang yang dilecehkan, dibully atau dikucilkan. Jika adik atau kakak melihat ada teman yang dipukul atau diperas teman lain, segera beritahu ayah, ibu atau guru di di sekolah”.

4. Pernikahan, menjadi orangtua dan tanggungjawabnya
Ini adalah dasar pendidikan seksual untuk anak. Orang dewasa yang telah menikah menjadi orangtua karena kehamilan, adopsi atau cara lain untuk punya anak. Menjelaskan lebih detil apa itu hamil dan mengapa orang mengadopsi anak. Setiap orang berhak memutuskan untuk menjadi orangtua, termasuk mereka yang difabel atau sedang sakit. Setelah menjadi orangtua, orang dewasa harus bertanggung jawab terhadap anak mereka, misalnya dengan memberi makan, pakaian, uang jajan dan kasih sayang.


➡️Level III, anak usia 12-15 tahun
Pada masa ini, mungkin anak sudah mengalami masa pubertas. Mereka mulai mengerti artinya cinta, kerja sama, persamaan gender dan kepedulian pada keluarga dan teman. Tak hanya keluarga, teman sebaya sangat berpengaruh pada anak. Keadaan mulai rentan terjadi konflik antara anak dan orangtua karena emosi masa pubertas anak.

Hal yang perlu dijelaskan pada anak usia ini adalah:
1. Pertemanan bisa jadi memberi dampak positif dan negatif. Pertemanan yang terlalu dekat bisa berakhir dengan hubungan seksual. Hubungan seksual yang terlalu dini berisiko pada kesehatan reproduksi karena hamil di usia muda dan berdampak negatif pada psikologis anak. Misalnya, jika hamil saat masa sekolah, anak-anak cenderung malu meneruskan sekolah.

2. Pelecehan dan kekerasan dalam pertemanan bisa terjadi karena perbedaan gender dan labelisasi. Setiap orang bertanggung jawab melawan kekerasan, bias dan intoleransi dalam hubungan pertemanan.

3. Pernikahan akan bahagia jika berdasarkan cinta, toleransi, menghargai dan tanggung jawab. Pernikahan yang terlalu cepat (di bawah 20 tahun) rentan mendapat pandangan negatif dan berisiko untuk kesehatan. Pada poin ini orangtua bisa menjelaskan lebih detil soal anatomi tubuh dan organ reproduksi manusia. Hindari mengganti kata-kata yang dianggap tabu. Tetap gunakan kata vagina dan penis untuk menjelaskan alat vital manusia. Bagian ini juga bagian inti dalam pendidikan seksual untuk anak. Jelaskan juga secara ringkas proses pembuahan yang bisa menyebabkan seseorang hamil. Terangkan tentang risiko kesehatan akibat hubungan seksual yang tidak sehat, misalnya karena terlalu dini. Berganti-ganti pasangan bisa sebabkan penyakit kanker bahkan HIV/AIDS yang mematikan. Bisa juga menambahkan penjelasan sesuai peraturan agama dan kepercayaan yang dianut mengenai hal ini.

➡️Level IV, anak usia 15-18 tahun ke atas
1. Peran keluarga bisa berubah ketika ada anggota keluarga yang hamil, menolak menikah atau menunjukkan orientasi seksual tertentu. Di sini orangtua bisa menjelaskan apa itu LGBT dan bagaimana masyarakat memandang kelompok LGBT di negara ini. Anak perlu tahu bahwa di negara lain ada negara yang memberikan hak penuh pada kelompok LGBT. Negara tertentu seperti Amerika Serikat membolehkan mereka menikah. Ada juga negara yang dengan tegas memiliki undang-undang anti LGBT. Jelaskan kekhawatiran dan harapan orang tua pada anak. Hindari memberikan stigma, namun berikan alasan jelas mengapa orang tua khawatir. Misalnya karena hal itu dilarang agama dan keyakinan keluarga. Biarkan anak paham dan menyadari dengan bijak kekhawatiran orang tua. Dengan demikian anak akan bisa mengambil sikap sesuai kesadaran mereka, tanpa paksaan, jika menemukan fenomena ini dalam kehidupan mereka. Hal ini akan membuat orangtua lebih tenang, bahkan jika anak kelak berada jauh. 

Selain itu, hindari memberikan contoh yang mendiskriminasi, menyudutkan atau membenci kelompok tertentu karena perbedaan pandangan. Hindari pula menakuti anak dengan momok apapun. Menakuti anak hanya akan mengerdilkan jiwanya. Atau malah memancing rasa ingin tahunya yang lebih besar dan kemungkinan anak akan mencari informasi sendiri. Dukungan keluarga sangat penting dalam masa ini. Keluarga dapat bertahan jika saling mendukung satu sama lain.

2. Anak mulai mengerti aturan dan hukum terkait pelecehan dan kekerasan seksual
Ada hukum bagi orang yang melakukan pelecehan, dan setiap orang harus bertanggung jawab atas pelecehan atau kekerasan yang dilakukan. Pelaku kejahatan seksual tidak mengenal usia, jenis kelamin, dan orientasi seksual. Banyak organisasi dan institusi yang bisa membantu pendampingan bagi korban kekerasan seksual.

3. Pernikahan bisa jadi hal yang sangat berharga dan penuh tantangan
Pada poin ini anak harus mengerti tanggung jawabnya terhadap sikap yang diambil dan keputusannya terkait pernikahan. Orangtua bisa menyarankan anak untuk menunda menikah dan berhubungan seksual minimal hingga usia 20 tahun. Anak harus menolak kekerasan dalam hubungan pernikahan. Hubungan seksual yang sehat meliputi penggunaan pengaman dan alat kontrasepsi dengan baik dan benar.

Pendidikan Seks Kepada Anak Menurut Perspektif Islam

Bagaimana Islam mengajarkan pendidikan seks (sex education) pada anak? 
Menurut Zulia Ilmawati, Psikolog Pemerhati Masalah Anak dan Remaja dalam tulisannya Pendidikan Seks Untuk Anak-anak:

1. Menanamkan rasa malu pada anak
Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Dan membiasakan anak untuk selalu menutup auratnya.

2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan.
Berikan pakaian yang sesuai dengan jenis kelamin anak, sehingga anak terbiasa untuk berprilaku sesuai dengan fitrahnya. Anak juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata:
Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).

3. Memisahkan tempat tidur mereka
Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya.
Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Dengan pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.

4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)
Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Dengan pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur.


5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.
Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.

6. Mengenalkan mahram-nya
Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati.
Dengan memahami kedudukan perempuan yang menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak.

7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata
Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.

8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât
Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang diboleh-kan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa sekarang sudah dinggap biasa. Karena itu, jangan biasakan anak diajak ke tempat-tempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.

9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat
Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. Jika dengan yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak ber-khalwat.

10. Mendidik etika berhias
Berhias berarti usaha untuk memperindah atau mempercantik diri agar bisa berpenampilan menawan yang dilakukan secara berlebihan, sehingga menimbulkan godaan bagi lawan jenisnya. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat.

11. Ihtilâm dan haid
Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Adapun haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilâm dan haid tidak hanya sekadar untuk bisa memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata. Jika terjadi ihtilâm dan haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini anak telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya, anak harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

#gamelevel11
#tantangan10hari
#merawatfitrahseksualitas
#kuliahbundasayang


Comments

Popular posts from this blog

Jurnal 1 Bunda Shalihah "IDENTIFIKASI MASALAH"

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bismillah, Masya Allah Tabarakallah rasanya sudah lama tidak menyambangi blog yang berisi perjalanan perkuliahan di Institut Ibu Profesional. Atas izin Allah saat ini saya memasuki perkuliahan baru di Kampus Ibu Pembaharu yakni jenjang Bunda Shalihah. Sebelumnya, ucapan terima kasih tak terhingga kepada Pak Suami yang telah memberikan ridhonya untuk saya bisa kembali belajar dan bertumbuh di IP. Perjalanan selama enam bulan kedepan dimulai dengan langkah semangat dan sorot mata menantang (akan banyak polisi tidur, batu kerikil dan hujan badai pastinya) tapi yakin, diri ini pasti mampu.  Setelah menyimak highlight materi dari bu Dekan, saya bergegas ke perpustakaan kampus kemudian sembari selonjoran dan mengambil nafas dalam saya mulai membaca dan memahami materi pertama perkuliahan yaitu : Identifikasi Masalah.  Mengutip dari Wikipedia,  Masalah    didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diha

Yuk, Kenali Emosi !

 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,  Hari ini di CH GaMa mengadakan BIRU "Bincang Seru" terkait emosi, kali ini materi dipaparkan langsung oleh yang ahli di bidang psikologis yakni Mbak Elsy Junilia S.Psi, M. Psi, Psikologi yang juga adalah warga di CH kami . Sesuai goal kami pada Project Passion yaitu, menjadi ibu bahagia dan mampu cerdas kelola emosi, mengenal emosi dan cara meregulasinya adalah hal yang penting untuk kami pelajari, tak hanya cukup sampai dipelajari, kami pun harus mempraktekkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wah, PR besar ini untuk bisa terus istiqomah.  Yuk, kita kenalan sama yang namanya emosi ini. Jadi  Emosi  adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.  Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian.  Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa s enang  mengenai sesuatu, marah  kepada seseorang, ataupun takut  terhadap sesuatu.  Ternyata emosi itu tidak hanya berupa marah loh, ada juga emosi positif yan

Buddy Review Jurnal 1 'Identifikasi Masalah'

  Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai hai, gimana sudah membaca postingan sebelumnya terkait identifikasi masalah? ada yang relate kah ?,gamifikasi seru kali ini dikelas bunda shalihah adalah " buddy review". Masya Allah ,mendapatkan teman review seperti ini ternyata ada hikmah besar, apa iya ini bagian dari ikhtiar kita agar mampu mencari keping-keping solusi atas masalah yang kita hadapi? atau hadirnya teman review sebagai risalah diri agar lebih semangat menghadapi tantangan? Siapa buddy review saya? beliau adalah Mbak Heru Pratiwi dari regional Karawang, mbak Heru ini juga teman seangkatan saya di kelas bunda produkti dan pernah beberapa kali bersapa. Menuliskan jurnalnya di google doc, berikut ini hasil review saya terhadap jurnal mbak Heru.  Apa yang Sudah Baik di Jurnal Buddy? Menurut saya, mbak Heru sudah mampu menganalisa dengan baik tentang apa masalah yang tengah ia hadapi, sehingga masalah bisa diidentifikasikan dengan jelas.  Masalah yang mbak