Bismillah,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setelah keluar dari gua the jungle of knowledge, para ulat akan berkumpul di kebun apel dan bertemu keluarga. Wah, keseruan apalagi ini ? Yes, di Pekan ini kami para ulat mengadakan pertemuan keluarga di kebun apel. Jadi, pada pekan ini para ulat harus memutuskan untuk masuk ke keluarga mana ? Nah, pembagian keluarga ini sesuai dengan topik pembahasan yang telah ditentukan.
Bismillah, dengan memantapkan hati saya memilih keluarga "Manajemen Emosi" sesuai dengan peta belajar yang ingin saya dalami selama di Bunda Cekatan. Saya pun langsung mengisi form dan kemudian join ke WAG (Whatsapp Group) untuk bertemu keluarga baru. Saya sangat excited karena ternyata ada 39 orang anggota keluarga manajemen emosi yang diketuai oleh kepala keluarga yaitu Mbak Melinda Selvia.
Masya Allah berkenalan dengan keluarga baru rasanya memberikan saya kegembiraan dan rasa syukur karena di kebun apel ini kami bisa diskusi dan sharing tentang manajamen emosi yang ternyata sangat luas pembahasannya.
Dari hasil diskusi di dalam keluarga manajemen emosi ada beberapa pembahasan yang menarik yang menjadi tema besar yaitu :
- Emotional Intellegence (Kecerdasan Emosional)
Yaitu kemampuan seseorang untuk menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Nah, ada sebuah quote yang disampaikan saat diskusi yang makjleb di hati saya yang tipical perfeksionis, yang selalu menuntut hasil sempurna, sehingga terkadang emosi saya tak terkendali saat mendapati hasil yang tidak sesuai dengan keinginan saya. "Hidup itu tentang berubah dan menerima. Bila kita tidak terima maka UBAH. Bila tidak bisa mengubah maka TERIMA".Quote ini memang terkesan simple, tetapi setelah saya pahami bahwa memang hal kecil yang kadang tidak sesuai dengan hati yang kemudian memantik emosi saya. Astaghfirullah, selama hampir tiga pekan ini, perlahan saya mulai belajar bahwa emosi itu pusatnya ada di pikiran dan hati, maka saya harus bisa mengendalikan emosi saya. Jika ada yang kurang sesuai dengan harapan maka terima, mungkin memang itu yang terbaik dari Allah. Setelahnya, hati menjadi lega dan ikhlas tanpa harus marah.
2. Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa)
Yaitu, menyucikan jiwa kita dari sifat-sifat (akhlaq) yang buruk/tercela dan menghiasinya jiwa yang telah kita sucikan tersebut dengan sifat-sifat (akhlaq) yang baik/terpuji. Ini erat kaitannya dengan kecerdasan emosi kita. karena ternyata kecerdasan emosi bisa dua kali lebih penting dari pada kecerdasan intelektual. Emosi yang negatif jika tidak dikendalikan maka akan menimbulkan prilaku negatif yang kemudian akan merugikan diri sendiri, terlebih kepada keluarga kita sebagai support system terdekat. Perlunya diri ini berbenah dan memperbaiki diri agar mampu mengendalikan dan mengontrol emosi agar menciptakan akhlaq yang terpuji yang bermanfaat buat suami dan anak-anak. Setiap ada masalah kembalikan kepada Allah, ikhlas dan bersabar dalam setiap keadaan, ingatlah Allah saat hendak marah, sebutlah namaNYA. karena Allah menjanjikan surga bagi mereka yang tidak pemarah (ini menjadi motivasi yang selalu saya ingat agar bisa Allah lembutkan hati saat kita emosi)
3. Self Healing Method
Nah, setelah mengetahui akar permasalahan di dalam manajemen emosi, maka pembahasan selanjutnya adalah tentang metode self healing, dari diskusi di keluara manajemen emosi ada beberapa metode atau cara self healing yang bisa dilakukan, meskipun belum terlalu detail pembahasannya, misalnya tentang art theraphy, hypnotheraphy, olahraga, me time, love self, dsb.
Nah, sesuai petunjuk dari Magika, maka akan ada sesi Live diskusi di FB dari masing-masing keluarga. Keluarga manajemen emosi akan menampilkan speaker yang berkaitan dengan manajemen emosi sebanyak tiga orang, namun sampai sekarang masih dua orang yang akan menjadi speaker di live fb yaitu :
- Mbak Tarisa Makina, "Mengenal dan Mengelola Emosi" yang akan tampil hari Sabtu, 27 Februari,27 Februari 2021
Comments
Post a Comment