Pernah kah anda melihat postingan orang lain diluar sana yang terlihat gembira ketika sedang liburan bersama keluarga ? sedangkan anda merasa lelah dengan rutinitas sehari-hari dan merasa tidak seberuntung mereka yang bisa jalan-jalan menikmati liburannya.
atau pernah kah anda melihat foto seseorang yang memperlihatkan kemewahan dan kekayaannya ? namun anda merasa bahwa pendapatan anda tidak sebanding dengan mereka yang terlihat bahagia.
atau anda melihat seorang Ibu yang terlihat begitu bahagia menjalankan perannya dan membersamai anak-anaknya yang bahkan masih saja sempat memoles diri, berkumpul bersama teman-temannya ? Tetapi anda merasa lelah menjadi seorang ibu dengan segala tantangannya, sejak matahari belum terbit sampai terbenam anda masih saja berkutat dengan urusan rumah tangga.
Rasanya, anggapan "Kalau belum sempurna, itu bukan Manusia" terlintas di benak anda. Merasa diri tidak seberuntung orang lain, merasa bahwa kebahagiaan itu hanya milik "mereka".
Wahai diri, coba kita selami kembali tiga contoh pertanyaan diatas dengan jawaban dari sudut pandang lain.
Bisa jadi, ada orang lain diluar sana bahkan tak pernah terpikir olehnya untuk liburan karena hari-harinya di lalui dengan bekerja demi bisa memberi makan dirinya dan keluarganya atau mungkin ada orang lain diluar sana yang belum mampu beraktivitas karena sakit yang dideritanya yang mengharuskannya untuk terbaring lemah. Kemudian, apa kita harus mengeluhkan diri kita tak seberuntung mereka hanya karena saat ini kita belum bisa liburan ? tetapi disisi lain bahkan nikmat hidup sehat saja masih mereka harapkan.
Ketika kita merasa kurang beruntung karena gaji yang kita dapatkan tidak sebanyak mereka, pernah kah kita sejenak melihat mereka yang bahkan tak pernah merasakan "digaji"? atau mereka yang menggantungkan hidupnya dari pemberian orang lain ?
Melihat ibu lain terlihat bahagia menjalankan perannya, tetapi kita merasa lelah dengan keseharian kita sebagai ibu, sudahkah kita melihat suami istri yang berusaha dan berdoa sepenuh hati agar diberikan buah hati didalam rumah tangga mereka.
Setiap diri itu layak dicintai, ketika kita tidak mampu mencintai diri sendiri maka kita akan sulit untuk berhubungan sehat dengan orang lain, tanpa mencintai diri sendiri maka semua akan terasa kurang.
dr. Jiemi Ardian dalam kanal youtubenya memberikan beberapa cara mencintai diri sendiri, yaitu :
1. Memberi Waktu
Sebagai seorang Ibu, memberi waktu pada diri sendiri atau me time ini adalah sebuah hal yang sulit, namun ini lah yang harus kita luangkan untuk diri kita. Sudahkah kita memberi sedikit waktu untuk diri kita ? Latihlah diri untuk mendengarkan diri sendiri, tak apa jujur kalau kita sedang lelah, bukankan manusiawi rasa lelah itu kita rasakan.
Bagi seorang muslim, duduklah sejenak ketika selesai shalat, sadari kelelahan diri dalam mengurus anak-anak lalu minta kemudahan dari Allah, perlahan tenangkan diri kita sembari bernafas dengan sadar dan bersyukur.
"Ya Allah, aku lelah mengurus anak-anak di rumah. Bantu aku ya Allah, kasihi aku. Jadikan mereka anak-anak shalih shalihah ya Allah, jadikan aku ibu yang sabar dan penyayang. Aku ibu bahagia dan ibu hebat, maka aku akan sanggup menjalani peranku dengan baik atas izinMU Rabb"
2. Menoleransi Kekurangan Diri
Jangan hakimi atau melabeli diri kita dengan kata - kata negatif, sebagai seorang ibu peran kita ini sangat mulia, bahkan Allah memberikan amanah ini kepada kita karena kita layak. Namun, tentu dalam perjalanan sebagai seorang ibu ada hal yang kurang dalam diri kita, tak mengapa tegur lembut diri ini dengan cinta bahwa kita bisa bertumbuh dari kekurangan kita.
Mungkin hari ini kita kurang bisa mengontrol emosi, tegurlah dengan lembut diri kita dan yakinkan diri bahwa kita akan belajar dan bertumbuh dari kekurangan ini. Teruslah menyemangati diri menjadi lebih baik. Bukankah ketika kita mencintai seseorang kita pun menerima kekurangannya ? begitu pun kepada diri sendiri, tak ada yang sempurna, namun Allah mencintai hambaNya yang mau berubah menjadi lebih baik.
3. Temui, Sapa dan Dukunglah
Pada akhirnya yang akan menjadi teman kita hanya diri kita sendiri, bahkan ketika di liang lahat kelak kita hanya sendiri dan bertemu sang Khaliq. Lalu, siapa yang kita harapkan bisa mengerti diri kita kalau bukan kita sendiri. Beranilah, temui diri kita, sapa lah, ucapkan terimakasih dan dukungan kepada diri sendiri.
Mungkin selama ini kita begitu perhatian kepada orang lain, namun abai terhadap diri sendiri. Terima lah diri ini sebagai Ibu yang senantiasa belajar untuk bertumbuh.
"Wahai diri, aku bangga padamu. Kau telah banyak belajar hari ini, membersamai anak-anak dengan bahagia, kau hebat !, tak apa pekerjaan rumah masih bisa diselesaikan esok hari, tak perlu porsir dirimu, istirahatlah sejenak. Kau sudah sangat berjasa hari ini wahai diri. Masya Allah, semoga Allah memberikan pahala berlimpah untukmu wahai diri"
"Karena Aku Adalah Orang yang Berhak Dicintai"
Sumber referensi : https://www.youtube.com/watch?v=3X1bQJ15UY8
Comments
Post a Comment