Masih
terpatri indah di ingatanku, sayup-sayup lekat bayangan mamaku sewaktu itu,
memang sejuta cerita takkan pernah habis untuknya, malaikat Allah yang begitu
nyata di hidupku.
Dulu
ketika aku tengah bermimpi indah saat malam kelam berpayungkan rembulan dan
cahaya bintang yang gemerlap semakin sempurnakan tidurku, aku seakan sadar
dengan membuka sedikit ujung mata ku sambil menahan kantuk yang teramat dan
kulihat tangan lembutnya melulurkan lotion di kaki ku, tangan, bahkan
menyelimuti tubuhku yang kala itu hampir sama besar dengannya. Aku menutup
kembali mataku sambil sedikit berfikir, “Ya allah, seketika umur ku yang telah
beranjak dewasa ini, mamaku pun masih sempat bangun dan kekamarku untuk sekedar
menyelimuti tubuhku yang tengah terlelap”. Namun, saat itu juga aku yang tak
mampu menahan kantuk dalam hitungan detik tertidur kembali. Walau aku tahu,
pasti mama mengantarkan tidurku dengan untaian do’a dan sejuta harapan besok anakanya
akan terbangun dan bisa kembali buat dia
tersenyum.
Keesokan
harinya, pagi-pagi sekali ku dengar segala kesibukan didapur, yaah. Aku tahu
mama tengah menyiapkan sarapan pagi untuk ku dan adikku. Mirisnya, aku tak
mampu temankan dia kala tengah berpeluh padahal fajar pagi baru saja menaiki
singgasananya. Dan aku baru terbangun saat semua yang dilakukan mamaku selesai.
Ya Allah, anak seperti apa aku ini ? sungguh ketika artikel ini ku tulis mata
ini berkaca-kaca menyadari hal itu.
Setiap
hari aku bisa merasakan nikmatnya masakan mama, masakan yang penuh dengan
keikhlasan dan cinta. Bahkan aku masih belum menemukan tandingan betapa enaknya
masakan mamaku. Sungguh aku teramat bersyukur punya sosok sepertinya, punya
jiwa yang dipenuhi cinta yang teramat sempurna.
Aku
masih membuka lebar ingatanku tentang dia, tentang wanita yang paling kukasihi
di dunia dan akhirat, wanita yang guratan tuanya semakin nyata. Ketika air mata
nya perlahan mengalir dipipinya, sambil membelaiku penuh cinta. Dia buatku
menangis terisak, aku yang kala itu tengah sakit terkapar di kasur seadanya. Sambil
terus menangisi sakitku yang teramat, beliau dengan cinta dan kasihnya membelai
indah rambutku sambil memijat lembut kulit kepalaku. Ya Allah, Sungguh syukurku
yang berlipat ganda telah kau anugerahi
seorang malaikat di hidupku seperti mama. Dia kuatkan ku saat ku sakit,
bahkan ku ingat ketika itu tiap pagi dengan penuh kesahajaannya dia
membuatkanku bubur dilengkapi dengan minuman, sungguh tak ada lagi obat yang
lebih mujarab dibanding belaian dan sentuhan kasihnya.
Aku
bisa sembuh lebih cepat dibanding ketika aku dirawat di rumah sakit, semua
karena mama bisa kuatkan aku bahkan ketika tubuhnya pun tengah sakit. Bahkan
ketika migran nya kambuh, tapi dia masih bisa mencintaiku dengan teramat
sangat. Ya Allah sungguh ku mohon Kau sediakan surga yang teramat istimewa
untuk dia, orang yang teramat istimewa di hidupku.
Aku
pernah buatnya mengeluh dan ku tahu matanya berkaca-kaca walaupun sebisa
mungkin ia tutupi dari penglihatanku, aku pernah mengecawakannya dan tak jarang
harus menyinggungnya. Aku sadar betapa berdosa nya aku kepadanya, orang yang
sejatinya menjadi penuntunku kelak.
Sapaannya
ditiap pagi bagaikan kicauan burung yang harmonis dan begitu indah di telingaku. Sentuhan lembut
tangannya ketika aku berpamitan layaknya sebuah kapas yang begitu halus
mengelus pipiku. Ucapannya ketika marah yang terkadang buatku tersinggung
padahal semua itu karena salahku, harusnya bukan aku yang berhak marah. Renda
kata-katanya yang begitu buatku semangat menatap hari, karenanyalah aku begitu
mencintai pekerjaanku, karenanyalah aku teramat bermimpi untuk menjadikan dia
bahagia dan bangga karena telah memilikiku.
Satu
hal yang kini ku ketahui, begitu banyak kesah yang sebenarnya mamaku rasakan,
begitu banyak tetes air mata yang ia sembunyikan, begitu banyak rasa sedih yang
ia rahasiakan. Semua itu demi aku demi kebahagiaan ku. Harusnya aku sadar sejak
dulu dan mengganti sedihnya dengan nyanyian kegembiraan dan tasbih bahagia.
Ya
Allah, aku bertanggung jawab atas kebahagiannya. Sungguh tidak ada yang mampu
membalasnya selain Engaku. Dan yang bisa ku lakukan saat ini adalah aku akan
terus mengukir senyum dibibir nya.
Aku
ingin bersimpuh dikakinya untuk mengucap beribu maaf karena begitu banyak
salahku kepadanya. Aku mencintai dia, seperti embun pagi yang teramat halus
menyapa alam, bagaikan bintang-bintang yang dengan gagah memancarkan sinar
keputihan, dan layaknya awan yang bergerak perlahan membias langit dengan
segala keteduhan hati. Sungguh aku tak mampu membahasakan setiap sudut
cintanya. Aku tak mampu membalas setiap jengkal kebaikannya. Karena aku hanya
mampu mencium dan mengecup jiwa raga nya dengan kemampuanku.
Karunia
Allah yang selalu ku harapkan ada menyinari dia, ibuku, mamaku, bundaku,
umiku.Wanita istimewa yang sangat ku cintai. Jaga raga dan jiwanya untuk selalu
bersemayam dalam cintaMU Rabb, dekap erat sosoknya agar ia selalu bersama
cintaMU.
Teruntukmu
mamaku yang begitu ku cintai, gue sayang banged sama mamah.. :*
Comments
Post a Comment