Apa
yang akan terlintas dalam benak kita ketika mendengar kalimat
"PERGERAKAN MAHASISWA?” Pemuda yang memakai jas almater tengah berjalan
menuju kampus menggendong tas juga setumpuk buku di tangannya? Atau
orang yang rajin membaca di perpustakaan dan menjadi asisten dosen
dengan nilai-nilai IPK kumlod lantas menjadi karyawan dan karyawati yang
menggadaikan karyanya pada hitungan gaji seumur hidup? Atau Mereka yang
sedang panas-panasan di jalan,membawa spanduk, meneriakkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat? Ditembaki dengan peluru karet dan gas airmata
bahkan peluru asli bisa saja diletupkan. Mereka yang dihajar dengan
pentungan polisi lantas dimasukkan dalam penjara untuk beberapa hari
agar mendapat efek jera.
Potret yang mana yang melekat dalam pikiran kita?
Atau jangan-jangan kita sudah enggan berpikir banyak tentang pergerakan
mahasiswa? Lantaran pada dewasa ini mahasiswa seakan kehilangan warna
kulitnya, tak lagi sanggup memaksimalkan fungsinya. Tenggelam dalam
rutinitas perkuliahan, terlarut dalam pergerakan tanpa arah tak lagi
tahu ke mana dan apa yang dituju. Jika memang demikian adanya, tentu ini
adalah hal yang sangat wajar. Berat memang, hidup dalam bayang-banyang
ngeri negeri ini. Di antara serentetan nama pemimpin yang tidak lagi
dapat diharapkan,lagi-lagi mahasiswa memposisikan diri pada posisi yang
sama, sama-sama berjanji dan mengingkari “Rasa-rasanya ingin diam,
menutup mata dan telinga lebih memilih untuk tidak tahu apa-apa” Tapi
sebagai anak bangsa harus memikirkan ruang dan waktu yang menjadi tempat
kelahiran. Tanah, air, api dan udara, di negeri ini segalanya dapat
dinikmati apakah layak, apakah pantas, memilih tidak peduli, hanya
pecundang yang lari dari kenyataan dan berpura-pura sedang bermimpi atas
diri sendiri!
Inilah kenyataannya tak mungkin bisa ditampik,
apalagi disembunyikan. Kita semua harus memeras pikiran, tenaga juga
kesempatan untuk merubah bentuk negeri ini ke arah yang lebih baik,
bukankah itu yang menjadi impian kita semua? Impian yang diwariskan
nenek moyang kita yang mati dalam medan perang, yang dikubur tanpa kain
kafan, sudah berapa nyawa yang tertanam dalam sehelai sangsaka merah
putih? Dan kita adalah anak-cucu para pejuang itu, di manakah kita saat
ini? Terjebak pekerjaan kantor demi sesuap nasi untuk keluarga tercinta?
Menjadi pengkaji politik di televisi? Menjadi penjilat para pembohong
negeri!? Menjadi penjaja proposal demi kantong pribadi? Ada di mana kita
di saat besi dan baja tertanam di bumi pertiwi atas nama-nama asing?
Merelakan diri menjadi kuli yang digaji saban bulan dan tersenyum puas
tanpa berpikir atas kejanggalan yang ada. Kita ada di mana di saat para
koruptor melarikan diri ke luar negeri? Menghilangkan jejak kaki dan
berpura-pura hilang ingatan, di televisi penjahat tahun yang lalu
mengomentari dengan amat detail dengan teori-teori kebangsaan yang amat
sempurna sehingga terbungkus amat megah dan kita dari rumah turut
berkomentar ini dan itu, enggan beranjak dari kursi malas! Kita kah yang
tengah menjilati sepatu pembohong negeri demi sesuap nasi? Menyambung
nafas dari hasil menghambakan diri di bawah kursi kekuasaan! Anak-anak
jalanan? Siapa yang diatasnamakan di sana? Lagi-lagi mengatasnamakan
orang banyak demi kepentingan pribadi!
Dari setumpuk masalah
yang ada jalan keluar semakin nampak buntu, pemuda-pemudi bangsa sudah
tak lagi peduli, sibuk dengan dirinya sendiri, mimpi pribadi dan kekasih
hati lantas bagaimana dengan para aktivis yang senang memamerkan dan
melabelkan diri sebagai pejuang bangsa itu? Pemuda-pemudi harapan bangsa
nyaris tidak dikenali! Pergerakan mahasiswa saat ini harus
diperhatikan, dipikirkan dan diarahkan bersama pada relnya agar tidak
lepas landas tanpa tujuan. Karena kenyataan telah mencatat banyak
aktivis yang mati karya tapi menghidupkan suara-suara yang menyumbang
kebisingan menambah kepenatan rakyat! Bayangan yang saat ini dapat kita
tangkap masih banyak aktivis yang terjebak oleh kedudukan, kedudukan
sebagai pemimpin pergerakan tanpa menelaah lebih dalam makna dari
pergerakan itu sendiri "AKTIVIS' saat ini hanya aktif mengeluarkan
wacana dan menghadiri undangan atau pertemuan menjadi pembicara handal
dengan argumen yang mengagumkan dan nasionalisme hanya ada di ujung
lidah terbuang bersama anyir ludah.
Sekali lagi ini adalah
kenyataan jangan lari seperti penghianat pada zaman peperangan. Biarkan
saja bayangan itu melintas-lintas dalam benak kita, jangan dihilangkan
apa lagi dianggap tidak ada. karena inilah nyatanya wajah-wajah
mahasiswa masa kini tengah kehilangan jati diri, mengelu-elukan diri
sebagai agen perubahan tapi tak pernah mampu merubah apa-apa. Apakah
saya sedang mengada-ada dengan nafsu dan amarah yang berlebihan? Apakah
saya akan menjadi sondang kedua yang membakar diri itu? Tentu tidak!
Mari saya ajak para pembaca untuk berpikir sederhana tanpa teori-teori
yang njelimet. Tentu masih sangat lekat pergerakan mahasiswa tahun 1998
yang mampu melengserkan kekuatan pemerintahan orde baru dan membawa
negeri ini dalam era REVORMASI.
Satu hal yang perlu diacungkan
empat jempol, dan menjadi panutan pergerakan yakni kesatuan tekad kala
itu, di mana Istana negara dibanjiri lautan manusia dan bacalah
sejarahnya, bagaimana mobil tank masuk kampus dan menembaki mahasiswa
setelah itu coba cek nama-nama petinggi negeri ini, banyak di antara
mereka adalah mantan aktivis 1998 demonstran pada masa itu sudah
dianggap dewa atau sudah mendewakan diri sebagai pionir perubahan,
pencetus revormasi, pembebas dari kekangan keotoriteran penguasa, tapi
apa yang terjadi setelahnya, Habibi menjadi presiden Timor-Timur
dilepaskan, krisis moneter menyambut dan hingga saat ini setelah
beberapa kali pergantian presiden tidak ada perubahan yang signifikan
bahkan cenderung merosot dari tahun ke tahun, dan anehnya lagi
data-data yang dimunculkan selalu saja menenangkan hati, seolah-olah
selalu ada progres yang baik dan keberhasilan-keberhasilan dipaparkan
dan tetap saja rakyat yang merasakan betapa kehidupan kian menghimpit
susahnya mencari lapangan kerja, susahnya membuka usaha, dan wajar saja
jika harapan menyempit lantas kepercayaan hilang dari dada rakyat
Indonesia. Mereka yang dulu meneriakkan keadilan sudahkah mampu
menegakkan keadilan setelah menduduki kekuasaan? Dengan sedikit berani
saya katakan "REVORMASI HANYA TIPUAN!"
Lihatlah, di antara
partai-partai yang bermunculan menyemarakkan pesta demokrasi ternyata
rakyat memilih memundurkan langkah menjadi apatis tidak ingin turut
dalam pesta lingkaran setan. Dalam benak rakyat telah tumbuh KRISIS
KEPERCAYAAN, lantas mengapa partai-partai itu kian percaya diri dengan
mengusung VISI dan MISI kontekstual!? Kiita telah menyaksikan setiap
tahun jumlah pemilih pada pemilihan umum presiden mau pun gubernur terus
menurun. Ini semestinya disikapi dengan baik oleh para partai politik,
tidak hanya mengotori jalan-jalan dengan foto-foto calon yang tidak
dapat diharapkan, tidak hanya memikirkan kebesaran partai, sudah saatnya
partai-partai itu menyesuaikan diri, rakyat sudah tidak butuh partai,
rakyat tidak butuh ramai kalimat indah, rakyat hanya butuh BUKTI! Pernah
saya mendengar pernyataan Megawati Soekarno Poetri ketika menyikapi hal
tersebut, beliau menyatakan bahwa menurunnya minat untuk memilih calon
pemimpin bangsa ini dikarenakan partai-partai sudah jarang melakukan
kegiatan sosial dan cenderung memikirkan masalah internal. Pernyataan
Megawati tidak salah, tapi lagi-lagi itu hanya wacana di depan pemirsa,
pada kenyataannya kegiatan social dilakukan jika sudah mendekati
pemilihan, yang tidak lain hanya mencari masa menacri perhatian agar
memenangkan pemilu dan setelah itu? Tak usah ditanya kita semua sudah
tahu dan ini sudah menjadi rahasia “UMUM” Tentu masih ingat tentang
PROGRAM SERATUS HARI KERJA kan? Pada saat itu masyarakat seakan
mendapatkan angin segar kepercayaan pun mulai tumbuh kembali bahkan
seorang Iwan Fals seniman yang dikenal sangat kritis dengan lagu-lagu
yang sangat keras dan gamblang, seperti BENTO pada masa pemerintahan
orde baru yang artinya Bin Soeharto sehingga dirinya dipenjarakan,
mengeluarkan lagu SETENGAH DEWA sebagai bentuk kepercayaan sekaligus
harapan baru untuk Indonesia. tapi kenyataan berkata lain, Mungkin Iwan
fals menyesal telah membuat lagu itu setelah melihat kenyataan ini.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bismillah, Masya Allah Tabarakallah rasanya sudah lama tidak menyambangi blog yang berisi perjalanan perkuliahan di Institut Ibu Profesional. Atas izin Allah saat ini saya memasuki perkuliahan baru di Kampus Ibu Pembaharu yakni jenjang Bunda Shalihah. Sebelumnya, ucapan terima kasih tak terhingga kepada Pak Suami yang telah memberikan ridhonya untuk saya bisa kembali belajar dan bertumbuh di IP. Perjalanan selama enam bulan kedepan dimulai dengan langkah semangat dan sorot mata menantang (akan banyak polisi tidur, batu kerikil dan hujan badai pastinya) tapi yakin, diri ini pasti mampu. Setelah menyimak highlight materi dari bu Dekan, saya bergegas ke perpustakaan kampus kemudian sembari selonjoran dan mengambil nafas dalam saya mulai membaca dan memahami materi pertama perkuliahan yaitu : Identifikasi Masalah. Mengutip dari Wikipedia, Masalah didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diha
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Hari ini di CH GaMa mengadakan BIRU "Bincang Seru" terkait emosi, kali ini materi dipaparkan langsung oleh yang ahli di bidang psikologis yakni Mbak Elsy Junilia S.Psi, M. Psi, Psikologi yang juga adalah warga di CH kami . Sesuai goal kami pada Project Passion yaitu, menjadi ibu bahagia dan mampu cerdas kelola emosi, mengenal emosi dan cara meregulasinya adalah hal yang penting untuk kami pelajari, tak hanya cukup sampai dipelajari, kami pun harus mempraktekkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wah, PR besar ini untuk bisa terus istiqomah. Yuk, kita kenalan sama yang namanya emosi ini. Jadi Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa s enang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Ternyata emosi itu tidak hanya berupa marah loh, ada juga emosi positif yan
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai hai, gimana sudah membaca postingan sebelumnya terkait identifikasi masalah? ada yang relate kah ?,gamifikasi seru kali ini dikelas bunda shalihah adalah " buddy review". Masya Allah ,mendapatkan teman review seperti ini ternyata ada hikmah besar, apa iya ini bagian dari ikhtiar kita agar mampu mencari keping-keping solusi atas masalah yang kita hadapi? atau hadirnya teman review sebagai risalah diri agar lebih semangat menghadapi tantangan? Siapa buddy review saya? beliau adalah Mbak Heru Pratiwi dari regional Karawang, mbak Heru ini juga teman seangkatan saya di kelas bunda produkti dan pernah beberapa kali bersapa. Menuliskan jurnalnya di google doc, berikut ini hasil review saya terhadap jurnal mbak Heru. Apa yang Sudah Baik di Jurnal Buddy? Menurut saya, mbak Heru sudah mampu menganalisa dengan baik tentang apa masalah yang tengah ia hadapi, sehingga masalah bisa diidentifikasikan dengan jelas. Masalah yang mbak
Comments
Post a Comment